Banyak sekali orang mengorbankan kualitas demi mengejar harga yang murah. Hal ini tidak hanya menyangkut masalah barang saja, tapi juga masalah kualitas layanan (service). Karena yang murah belum tentu murah dan yang mahal pun belum tentu mahal.
Barang berkualitas memang lebih mahal, padahal belum tentu mahal, karena dibalik itu banyak sekali keuntungan yang didapat. Barang yang berkualitas cenderung lebih awet, nyaman dipakai dan ada prestis tersendiri. Barang murah pun belum tentu murah, karena bila diambil manfaat jangka panjang, barang murah malah lebih mahal harganya.
Disini saya ambil kasus yang menarik; teman saya membeli sebuah PC (Personal Computer) yang murahan, dia tidak mengutamakan kualitas komponen di dalamnya, dia anggap semua PC itu sama. Dan celakanya lagi kalau membeli yang lebih mahal malah dikiranya dikibulin oleh penjualnya : ). Bagi dia murah adalah segalanya.
Tapi apa yang dia dapatkan setelah memilikinya? Komputer barunya malah membuat ulah, karena seringkali hang atau malah restart. Imbasnya, pekerjaan kantornya menumpuk, tidak pernah kelar, karena terganggu oleh ulah PC-nya yang tidak karuan. Hilang waktu, hilang tenaga, malah akhirnya bertambah stress. Mahal sekali harga yang harus dibayar dengan membeli barang murahan.
Masih kita anggapkah barang murah itu memang murah? Jangan lupa bahwa prinsip ada rupa ada harga dimanapun masih tetap berlaku. Semoga bermanfaat.
Barang berkualitas memang lebih mahal, padahal belum tentu mahal, karena dibalik itu banyak sekali keuntungan yang didapat. Barang yang berkualitas cenderung lebih awet, nyaman dipakai dan ada prestis tersendiri. Barang murah pun belum tentu murah, karena bila diambil manfaat jangka panjang, barang murah malah lebih mahal harganya.
Disini saya ambil kasus yang menarik; teman saya membeli sebuah PC (Personal Computer) yang murahan, dia tidak mengutamakan kualitas komponen di dalamnya, dia anggap semua PC itu sama. Dan celakanya lagi kalau membeli yang lebih mahal malah dikiranya dikibulin oleh penjualnya : ). Bagi dia murah adalah segalanya.
Tapi apa yang dia dapatkan setelah memilikinya? Komputer barunya malah membuat ulah, karena seringkali hang atau malah restart. Imbasnya, pekerjaan kantornya menumpuk, tidak pernah kelar, karena terganggu oleh ulah PC-nya yang tidak karuan. Hilang waktu, hilang tenaga, malah akhirnya bertambah stress. Mahal sekali harga yang harus dibayar dengan membeli barang murahan.
Masih kita anggapkah barang murah itu memang murah? Jangan lupa bahwa prinsip ada rupa ada harga dimanapun masih tetap berlaku. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment