Semestinya ini tidak perlu terjadi. Apakah kita mesti pasrah begitu saja dengan nasib hidup ini? Tidak, kita harus merubahnya. Sebab potensi yang dimiliki masing-masing individu itu sangat luar biasa dan itu adalah suatu anugerah. Memang, rizki itu sudah dijatah. Menurut seorang ulama, rizki itu dikategorikan menjadi 3, yaitu rizki yang dijamin, rizki yang dijanjikan & rizki yang digantung. Mungkin ada yang salah dengan diri kita kenapa rizki yang dijanjikan itu tidak selalu bisa diraih? Banyak hal yang melatarbelakanginya. Apakah karena kita tidak pernah berbagi dengan bersedekah, berinfak ataupun berzakat (tulisan ini juga untuk mengingatkan diri saya pribadi dengan rendahnya kepedulian kita untuk berbagi dengan yang tiga ini). Saya teringat dengan tag line yang sangat bagus dari Blog Pak Mohamad Rosihan, yakni : "Apa yang kita bawa nanti bukanlah apa yang kita kumpulkan, tetapi apa yang kita sebarkan". Bisa jadi kalimat ini mengandung makna : "Apa yang membuat kita berkelimpahan bukanlah apa yang kita kumpulkan, tetapi apa yang kita sebarkan".
Yang menarik juga untuk dikaji adalah mengenai rizki yang digantung, dimana rizki itu diberikan tergantung pada ikhtiar atau usaha kita. Kita selalu dapat mengambil pelajaran dari setiap sisi kehidupan ini, kenapa pintu rizki itu tidak pernah terbuka. Hidup serba kekurangan, serba gelisah, bahkan seringkali kita stress dan menyalahkan takdir. Saya yakin, kesalahan itu bukan pada siapa-siapa, tapi karena murni kesalahan dan kekhilafan kita.
Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi kenapa rizki yang digantungkan itu tidak pernah dapat kita terima penuh atau tidak turun. Ada beberapa penyebab yang memberikan korelasi positif antara rizki dan tingkah laku (akhlak) kita, diantaranya :
- Seringnya kita menyakiti orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan baik (silaturahim) kita dengan mereka terputus.
- Hilangnya integritas dan kredibilitas kita. Sementara integritas dan krediblitas adalah sesuatu yang tidak bisa tergantikan oleh apapun termasuk uang. Hal ini bisa disebabkan karena ketidakjujuran, menyalahgunakan kepercayaan (amanah), tidak menunaikan kewajiban manakala hak sudah diterima.
- Inkonsistensi dalam janji atau hubungan hutang piutang. Ini juga akan memberikan efek terhadap pekerjaan atau bisnis/usaha yang sedang dijalani, kita tidak pernah serius dan konsisten terhadap pekerjaan atau usaha kita, orang bilang angin-anginan.
Sementara itu, ada sisi menarik tentang hubungan orang tua dengan anak yang tidak harmonis. Tatkala seorang anak sering menyakiti hati orang tuanya, sehingga orang tua itu tidak ridha terhadap dirinya. Ternyata, ini telah menjadi pemicu kenapa penghidupan si anak tersebut menjadi begitu sempit (tidak ada kelapangan rizki), hidup terlunta-lunta dan kesempitan hidup lainnya. Ini menjadi hikmah yang luar biasa tentang suatu kebenaran, bahwa ternyata ridha orang tua adalah ridha Allah, kemarahan orang tua adalah kemarahan Allah.
Kita tentu ingin kelapangan rizki & hidup yang berkecukupan. Ketika akhlak kita baik, hubungan kita dengan orang lain juga baik, ridha orang tua senantiasa menyertai kita, insya Allah rizki akan dilapangkan & datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Walaupun dalam keseharian hidup ini pas-pasan, tapi ketika kebutuhan hidup itu begitu mendesak, ada saja rizki yang datang melalui orang-orang di sekitar kita.
Setiap orang pasti sudah diatur rezekinya...
ReplyDeleteTernyata selain bersedekah mempengaruhi rezekei kita pribadi, juga mempengaruhi selamat-tidaknya sebuah bangsa (itu yg saya dengar dari sebuah kultum Ramadhan lalu). Dahsyat memang arti sebuah bersedekah.
ReplyDelete@the cocoa addict
ReplyDeleteMemang "The Power of Giving" itu dahsyat :)
Ketika kita berjihad dengan harta maka itulah rejeki kita
ReplyDeletesalam,
Aries
www.duniafana.com