Hari selasa kemarin saya jalan-jalan mampir ke warnet di Gombong. Ternyata, rata-rata warnet yang saya kunjungi hampir semuanya penuh terisi. Dari total enam warnet yang ada saat ini dan kemungkinan akan bertambah lagi, tingkat huniannya masih sangat tinggi. Masih prospektifkah usaha warnet ini? Dengan patokan tarif sewa internet yang rata-rata hanya mematok Rp 2.500,- per jam masih layakkah untuk dijadikan lahan investasi yang menarik?
Fenomena ini sangat menarik, booming usaha warnet sedang melanda kota ini. Ini mengingatkan dengan Jogja 5 atau 6 tahun yang lalu. Karena masalah perang harga yang tidak berkesudahan, banyak warnet yang rontok. Disamping itu karena ada faktor semakin mudahnya orang mengakses internet dari rumah.
Maraknya usaha warnet ini bisa jadi karena faktor murah dan mudahnya mendapatkan akses internet broadband semacam spidi, yang saat ini tengah gencar-gencarnya berpromosi. Cukup dengan mengambil paket personal time base, berbekal 5 sampai 10 unit komputer, jadilah usaha warnet. Semudah orang mendirikan sebuah counter hape :D.
Diperlukan strategi lainnya, agar usaha ini bisa bertahan, misalnya didampingi dengan usaha yang masih berkorelasi. Tidak sekedar warnet, tetapi warnet plus yang mampu membuat pengunjungnya betah berlama-lama disana. Berbasis komunitas, akses yang cepat & tidak gampang putus, tempat yang nyaman (kalau bisa ber-AC), lebih nyaman lagi menggunakan layar LCD, dilengkapi hot spot area, parkir yang luas, dilengkapi dengan cafe, dan lain-lain, dan lain-lain. Itu idealnya. Harus ada diferensiasi supaya kita beda dengan lainnya dan berani memberikan fasilitas plus untuk kestamernya.
Perlu dipikirkan juga masalah legalitas software. Ini untuk berjaga-jaga bila sewaktu-waktu terjadi sweeping dari aparat. Akan lebih safe bila menggunakan OS yang free, yang pasti lebih handal dan reliable.
Seperti usaha-usaha lainnya, hukum alam tetap berlaku. Yang bisanya cuma follower biasanya tidak akan bertahan lama. Dan yang terpenting, dikalkulasi ulang lagi, kapan ya balik modalnya. Namanya orang usaha, harus ada return doooooong.
Fenomena ini sangat menarik, booming usaha warnet sedang melanda kota ini. Ini mengingatkan dengan Jogja 5 atau 6 tahun yang lalu. Karena masalah perang harga yang tidak berkesudahan, banyak warnet yang rontok. Disamping itu karena ada faktor semakin mudahnya orang mengakses internet dari rumah.
Maraknya usaha warnet ini bisa jadi karena faktor murah dan mudahnya mendapatkan akses internet broadband semacam spidi, yang saat ini tengah gencar-gencarnya berpromosi. Cukup dengan mengambil paket personal time base, berbekal 5 sampai 10 unit komputer, jadilah usaha warnet. Semudah orang mendirikan sebuah counter hape :D.
Diperlukan strategi lainnya, agar usaha ini bisa bertahan, misalnya didampingi dengan usaha yang masih berkorelasi. Tidak sekedar warnet, tetapi warnet plus yang mampu membuat pengunjungnya betah berlama-lama disana. Berbasis komunitas, akses yang cepat & tidak gampang putus, tempat yang nyaman (kalau bisa ber-AC), lebih nyaman lagi menggunakan layar LCD, dilengkapi hot spot area, parkir yang luas, dilengkapi dengan cafe, dan lain-lain, dan lain-lain. Itu idealnya. Harus ada diferensiasi supaya kita beda dengan lainnya dan berani memberikan fasilitas plus untuk kestamernya.
Perlu dipikirkan juga masalah legalitas software. Ini untuk berjaga-jaga bila sewaktu-waktu terjadi sweeping dari aparat. Akan lebih safe bila menggunakan OS yang free, yang pasti lebih handal dan reliable.
Seperti usaha-usaha lainnya, hukum alam tetap berlaku. Yang bisanya cuma follower biasanya tidak akan bertahan lama. Dan yang terpenting, dikalkulasi ulang lagi, kapan ya balik modalnya. Namanya orang usaha, harus ada return doooooong.
Powered by ScribeFire.
kelihatannya masih bagus kok mas kedepannya, mengingat semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap internet.
ReplyDeleteMas Totoks, betul Mas. Animo masyarakat memang sangat tinggi terhadap internet. Dan tarif murah tentu menguntungkan bagi kita, pengguna. Sehingga siapa saja bisa mengakses informasi dengan tarif murah.
ReplyDeleteCuma di sisi provider (pemilik warnet) katanya pada mumet, biasalah jor-joran harga.