Ono Karsono

onokarsono.blogspot.com

Apakah Nasib Itu Berbanding Lurus dengan Watak atau Sikap Kita?

Saya sedang menganalisa sesuatu dari apa yang saya lihat dan saya alami sehari-hari. Yang saya analisa adalah mengenai masalah nasib. Nasib kita. Apakah ada hubungannya dengan watak/sikap kita sehari-hari? Akhirnya saya pun sampai pada sebuah kesimpulan, lalu merumuskan bahwa nasib (keberuntungan) kita, yang biasanya kita ukur dengan banyaknya materi akan berbanding lurus dengan yang namanya sikap/watak.

Beberapa kasus yang saya ambil sehingga sampai pada kesimpulan tersebut adalah dari pengamatan orang ke orang dalam kesehariannya dan pengamatan sikap diri saya pribadi atas rizki yang diperoleh.

Watak atau sikap sangat menentukan nasib kita ke depan. Beberapa orang yang penghidupannya begitu sulit dan sempit, ternyata dilatarbelakangi oleh sikap atau wataknya sendiri. Misalnya, sering berhutang tapi tidak mengembalikan atau malah memang memiliki niat buruk tidak mau mengembalikan. Tidak amanah, sukar dipercaya adalah satu cara terbaik untuk menutup riziki kita. Dan saya yakin pun, ketidakjujuran adalah faktor utama yang meluluhlantakkan nasib kita. Jadi, Allah itu benar-benar Maha Adil. Jangan asal bilang nasib kita jelek karena memang sudah takdir, atau sangat buruk lagi dengan mengatakan Allah itu tidak adil. Bercerminlah pada diri sendiri, apa yang kurang pada diri ini.

Dan entah kenapa, semakin lama saya yakin dengan rumus ini. Bahwa nasib itu berbanding lurus dengan watak atau sikap kita. Dan itu pun tidak jauh untuk urusan penghidupan kita di akhirat. Bahwa nasib kita kelak sangat tergantung pada watak/sikap kita saat ini. Cobalah, mari kita resapi ini, Allah benar-benar Maha Adil. Dia memberikan kita banyak pilihan. Dia juga menunjukkan jalan-Nya bila kita ingin beruntung nasibnya. Seringkali sikap kita lah yang membinasakan diri kita sendiri dengan tabiat yang kurang baik atau niatan yang sangat buruk.

Akhirnya, saya mengambil kesimpulan yang lebih dalam lagi. Bahwa kekayaan sejati itu sesungguhnya dibangun atas kekayaan hati. Kekayaan sejati itu adalah rizki yang barokah, rizki yang kita dapat dengan cara halal, jujur dan tanpa menzhalimi orang lain. Banyak juga orang yang tidak kaya hati tapi kelimpahan harta, padahal itu sebenarnya hanyalah bencana belaka. Dan akan semakin menjauhkannya dari kata yang bernama taqwa.

Jadi, bila pun kita saat ini sudah kaya hati, tetapi miskin materi, tetaplah harus bersabar. Mungkin belum saatnya. Atau bisa jadi, kita telah mendapat sesuatu yang lebih dari sekedar materi, misalnya ketenangan batin, ketenangan hati, anak yang saleh dan salehah, atau pun hikmah yang sering menghampiri kita.

Saya masih yakin dengan janji Allah, bahwa barang siapa yang bertaqwa kepada-Nya, Dia akan mendatangkan rizki dari arah mana pun yang tidak diduga-duga sebelumnya. Rizki Allah itu sangat luas. Tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.

Ini hanya sekedar pengamatan dari diri pribadi yang begitu sempit pemikirannya. Bila ada kekeliruan dalam menyimpulkan, itu karena keterbatasan saya. Mungkin ada beberapa rekan yang memiliki kesimpulan atau kasus-kasus menarik mengenai masalah nasib, masalah takaran rizki dalam hubungannya dengan watak atau sikap kita?

Apakah Nasib Itu Berbanding Lurus dengan Watak atau Sikap Kita? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ono Karsono

3 komentar:

  1. Anonymous10:57 PM

    setuju sekali dgn paragraf ke tiga

    ReplyDelete
  2. @Elys Welt

    Terima kasih atas kunjungannya.

    ReplyDelete
  3. berkunjung aq,,,,heheheheh

    ReplyDelete