
Pulang kampung atau mudik sudah menjadi tradisi bangsa ini. Tapi anehnya, aroma mudik hanya terasa kalau kita dari Jakarta saja. Coba kalau sampeyan pulang mudik dari Surabaya atau Medan. Pasti aromanya kurang menyengat. Yah, Jakarta masih menjadi tumpuan dan harapan. Ribuan pendatang baru berbondong-bondong setiap tahunnya ke sana. Populasi bertambah padat. Tentu akan menambah beban kota Jakarta sendiri dan beban hidup penduduknya. Masih nyamankah untuk hidup layak disana?
Setelah lebaran usai, kampung halaman pun bertambah sepi. Penduduknya terutama yang muda-muda sudah meninggalkan desanya, mengejar segenggam impian di kota. Memang, di desa sangat minim sekali lapangan pekerjaan. Sektor industri bisa dihitung dengan jari. Bertani bukanlah kebanggaan. Bisa hidup apa di desa? Mungkin begitulah yang ada di benak kita dan mereka, kaum urban.
Kita pun tidak bisa bicara seandainya. Seandainya pabrik-pabrik di Jakarta pindah ke desa, seandainya banyak pertokoan di desa. Realita berbicara lain.
Tapi, saya kira masih ada harapan untuk bisa menjumput sejumlah mimpi di desa. Kehidupan ini dinamis. Selalu ada yang berubah dari ke hari. Potensi di kampung masih sangat luas. Apalagi kini didukung dengan perkembangan teknologi informasi. Akses akan informasi bukanlah kendala lagi. Saya yakin itu telah membuat banyak perubahan di desa.
Ada harapan baru bagi yang ingin dan berorientasi hidup di kampung. Mungkin hanya kreatifitaslah yang bisa mendobrak kesenjangan itu. Kreatifitas untuk membuat nilai tambah, agar produk dan potensi desa bisa dijual ke kota. Kreatifitas untuk merealisasikan ide dan cita-cita yang sudah lama mengendap.
Mungkin tujuannya sama, agar bisa hidup nyaman, lebih tenang dan sejahtera di kampung. Agar bisa membangun kampung halaman. Walaupun tidak bisa segemerlap Jakarta. Tapi setidaknya ada nadi kehidupan disana. Ada gairah disana. Ada harapan untuk bisa hidup layak disana.
Dapatkah mimpi itu terwujud disana? Di kampung halaman kita?
Gambar diambil dari : http://kharistya.wordpress.com
kampung halaman memang banyak meninggalkan kenangan. Dan kita ingin berbuat banyak di sana. Bisakah semua itu terwujudkan atau hanya sekedar angan-angan belaka.
ReplyDelete